5 Langkah Menyayangi Diri Sendiri

Oleh : Ustad Syatori Abdurrouf

Bagaimana kita bisa sayang kepada sesama kalau kita belum menyayangi diri kita sendiri. Menyayangi diri sendiri ini sifatnya bukan fisik, namun ruhani kita. 5 langkah tersebut kemudian dikenal dengan 5 M.

1. Mujahadah
2. Mu’aqabah
3. Muhasabah
4. Muraqabah
5. Mu’ahadah

* MU’AHADAH

- Mu’ahadah berarti meneguhkan kmembali janji – janji kita kepada Allah Ta’ala.

Meneguhkan = perjanjian kita dengan Allah sudah terjadi. Umumnya, kalau kelamaan akhirnya lupa. Kapan kita merasa janji kepada Allah ?. yatu saat masih di rahim ibu.

“Bukankah Aku ini Rabbmu?. Jawab kita, Ya, Engkau adalah Tuhanku, dan aku juga berikrar laa ilaaha illallah Muhammad rasulullah. ”

- Mu’ahadah berarti menyesali dosa dan salah yang sudah diperbuat.

Dosa dan salah : (1). Dosa Aqidah

: Berupa menipisnya keyakinan akan adanya Allah Ta’ala dengan segala kesempurnaan yang dimiliki-Nya.

Contoh : Jualan, ga’ laku. Khawatir…besok makan apa ya?. Berarti keyakinan menipis bahwa rezeki itu adalah dari Allah.

Dosa Aqidah ini ada 2, yang menyebabkan :

· Keluar Islam (murtad), ex: keyakinan kepada Allah menipis, akhirnya melakukan syirik.

· Tetap Islam,ex: keyakin akan kesembuhannya dari dokter, padahal atas seizin Allah lewat dokter tersebut.

(2). Dosa Syari’ah

: Berupa meninggalkan perintah Allah Ta’ala / melanggar larangannya.

Menyebabkan allah tidak ridho, dan bisa menjadi hijab pertolongan dari Allah Ta’ala.

Contoh : Berdagang maunya untung (dengan menipu). Tapi jadinya malah buntung (rugi), kalaupun ada yang menipu tapi untungnya amlah berlipat, itu bahkan sangat dimurkai oleh Allah.

(3). Dosa Akhlak

: Berupa sifat - sifat buruk yang tersimpan di dalam hati. Contoh : benci, cinta karena syahwat, menyenangi dunia dan lupa akhirat. Dosa akhlak muncul ketika seseorang dalam keadaan sakaratul maut. Bahwa seorang akan mati sesuai kebiasaannya. Kebiasaan itu = akhlak. Misal kita adalah orang yang suka senyum karena keikhlasan, tulus, dengan hati lapang, maka kita akan meninggal dalam keadaan senyum, insya Allah.

Kasus Nyata : Ada tabrakan sama – sama mobil. Mobil ke-1 ditumpangi oleh satu orang, mobil ke-2 ditumpangi leh 2 pemuda. Penumpang mobil ke-1 langsung meninggal, sedangkan penumpang mobil ke-2 masih berlumuran darah. Kemudian ditolong oleh orang – orang untuk dikeluarkan dari mobil kemudian dibaringkan. Saat – saat menjelang kematian mereka ada seseorang yang membisikkan kalimah laa ilaaha illallah Muhammad rasulullah…ke telinga kedua pemuda tersebut. Namun, terdengar suara dari keduanya “…kamu ketahuan…”, rupanya itu adalah lirik dari sebuah lagu. Astaghfirullah…jangan nyanyi, ucapkanlah laa ilaaha illallah Muhammad rasulullah…Suara mereka memang nampaknya semakin tidak terdengar, inna lillahi…mereka sudah meninggal sebelum mengucapkan kalimah suci itu.

- Mu’ahadah berarti merasakan bahwa di dunia ini tiada apapun dan siapapun kecuali Allah ta’ala.

Segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini hanaylah bukti dan tanda akan adanya allah ta’a dengan segala kemampuan yang dimiliki-Nya.

- Mu’ahadah berarti tidak menggantungkan harapan kepada apapun dan siapapun kecuali hanya kepada Allah Ta’ala.

- Mu’ahadah berarti tidak tunduk dan patuh kepada apapun dan siapapun kecuali hanay kepada Allah Ta’ala.

- Mu’ahadah berarti menjadikan Rasulullah Muhammad SAW satu – satunya panutan hidup kita.

* MURAQABAH

: Selalu merasakan pengawasan Allah Ta’ala atas semua perbuatan kita.

Abdul Qasim Al Junaidi pernah ditanya, bagaimana caranya agar mudah menundukkan pandangan?. Kemudian beliau menjawab, dengan pengetahuan bahwa penglihatan Yang Maha Melihat adalah lebih cepat dari penglihatanmu.

Seperti kisah Umar dengan salah satu pembantunya yang bertemu dengan penggembala kambing yang jumlah dari kambingnya itu sangat besar. Kemudian Umar berkata (untuk menguji), hai penggembala, juallah kambingmu satu saja kepadaku. Penggembala menjawab, tapi ini adalah kambing majikanku. Umar berkata lagi, katakanlah kepada majikanmu akalu satu kambingnya telah dimakan srigala. Penggembala sambil menunjukkan tangannya ke langit seraya berkata, lalu, dimanakah Allah?. Umar menangis, dan kemudian memberikan hadiah yang besar kepada penggembala tersebut.

Menurut Abdullah Ibnul Mubarak, muraqabah adalah jadilah kamu selah – olah bersama allah, diawasi oleh Allah, sehingga tidak aad satu tempat persembunyian pun yang terlewat dari pengawasan Alloh.

* MUHASABAH

: Menengok ke belakang untuk mengevaluasi setiap tindak tanduk perbuatan kita.

· Muhasabah tingkatan pertama / utama : mengevaluasi amal – amal yang baru saja dilakukan. Misalnya, sehabis sholat, dzikir, doa, muhasabah. Atau bahkan seusai sholat langsung bermuhasabah, tadi sholatku apa yang kurang ya? Dicatat, bias tersurat ataupun tersirat.

· Muhasabah tingkatan kedua : mengevaluasi harian. Misalnya, menjelang tidur, trs bangun tidur, apa yang dilakukan.

· Tingakatn ketiga: ukuran pekanan. Ini membuat kita lupa kesalahan – kesalahan kita karena terlalu lama.

Terkadang muhasabah akan lebih bagus disaat dimuhasabahi oleh orang lain.

* MU’AQABAH

: Menghukum diri akibat berbuat salah dan dosa.

Tidak menunggu hukuman dari orang lain. Mu’aqabah yang baik adalah dari diri sendiri., bisasanya bentuknya adalah penyadaran.

Contoh : Saat Umar jalan – jalan memandangi kebun kurmanya. Melihat matahari sudah tinggi, dia khawatir jangan – jangan sudah waktu sholat. Namun setelah sampai di masjid, Umar menjumpai orang – orang yang sudah pada keluar dari sana. Ternyata sudah selesai sholat jama’ahnya. Maka sebagai hukuman atas kelalaiannya, ia menyedekahkan semua kebun kurmanya.

* MUJAHADAH

: Melipatgandakan kesungguhan kita untuk istiqamah di atas jalan menuju surga, sesulit apapun jalan ke sana.

QS. Al Ankabut : 69